

Ilustrasi influencer sedang membuat konten. Foto: pexels.com
Strategi kol marketing dengan nano dan micro-influencer di Indonesia semakin efektif dibandingkan macro-influencer.
Bagai cabe rawit yang kecil-kecil tapi melekit, nano dan micro-influencer marketing diprediksi masih akan menjadi trend digital marketing yang terus berkembang pesat di Indonesia pada tahun 2025.
Seperti yang kita sudah ketahui, strategi influencer marketing telah menjadi andalan banyak merek (brand) untuk menjangkau audiens. Bahkan, banyak brand berlomba-lomba menggunakan influencer dengan jumlah pengikut yang besar.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan perilaku konsumen, fokus brand pun kini mulai bergeser. Alih-alih terpaku pada macro-influencer dengan jutaan pengikut, semakin banyak brand yang menyadari potensi besar dan beralih strategi dengan berkolaborasi bersama nano dan micro-influencer.
Lantas, apa yang menyebabkan tren ini semakin kuat? Sebelumnya, mari kita bahas terlebih dahulu pengertian dari nano dan micro-influencer.
Pergeseran Paradigma: Dari Jangkauan Luas ke Engagement Mendalam


Grafik penjelasan jenis-jenis influencer. Foto: entertainimpact.com
Menurut Hubspot, nano dan micro-influencer adalah seseorang atau akun yang memiliki jumlah pengikut yang kecil namun loyal. Nano-influencer memiliki jumlah pengikut kurang dari 10.000, sedangkan micro-influencer memiliki jumlah audiens yang lebih besar, yaitu sekitar 10.000 hingga 75.000 pengikut.
Dahulu, logika influencer marketing cukup sederhana: semakin banyak pengikut, semakin besar potensi jangkauan. Namun, dikarenakan maraknya fake followers dan engagement rate yang menurun pada macro-influencer, para marketer brand dipaksa untuk mengubah strategi demi mencapai hasil yang maksimal. Meskipun memiliki jumlah pengikut yang lebih kecil, nano dan micro-influencer memiliki beberapa keunggulan, seperti:
Engagement Rate yang Lebih Tinggi:
Karena audiens mereka lebih kecil dan juga sangat niche, nano dan micro-influencer cenderung memiliki hubungan yang lebih erat dan interaktif dengan pengikutnya. Hal ini membuat peluang untuk meningkatkan engagement (suka, komentar, bagikan) menjadi jauh lebih tinggi.
Data dari Influencer Marketing Hub juga menunjukkan bahwa nano-influencer dan micro-influencer memiliki tingkat rata-rata engagement yang lebih tinggi (1,73%) dibandingkan dengan macro-influencer (0,61%) dan mega-influencer (0,68%).
Kepercayaan dan Otentik:
Menurut Social Media Today, 86% audiens menyatakan bahwa otentisitas dan keaslian menjadi faktor utama dalam memilih produk dari suatu brand. Nano dan micro-influencer cenderung lebih relatable dengan audiens dan memiliki konten yang lebih otentik dibandingkan selebritas internet dengan jutaan pengikut. Hal ini membuat audiens lebih percaya rekomendasi dari nano dan micro-influencer karena rekomendasi yang diberikan melalui konten yang berdasarkan pengalaman nyata (real-life experience) sehingga terasa lebih personal bagi audiens.
Targeting yang Lebih Akurat:
Nano dan micro-influencer biasanya memiliki fokus pada niche tertentu, seperti gaya hidup sehat, traveling, penggemar skincare, olahraga, dan lain-lain. Hal ini memungkinkan brand untuk menargetkan audiens yang sangat spesifik dan relevan dengan produk atau layanan mereka.
Data dari Hubspot State of Marketing 2025 juga menunjukkan bahwa marketer mendapatkan kesuksesan terbesar dengan berkolaborasi dengan micro-influencer yang memiliki audiens dengan niche tertentu (44%).
Biaya yang Lebih Efisien:
Dibandingkan dengan macro-influencer, biaya untuk berkolaborasi dengan nano dan micro-influencer umumnya jauh lebih terjangkau, dan memungkinkan brand dengan anggaran terbatas untuk tetap efektif dalam kampanye marketing mereka. Hal ini juga meningkatkan Return On Investment (ROI) yang didapatkan oleh brand.
Mengapa Tren Ini Relevan untuk Pasar Indonesia?
Karakteristik unik pasar digital Indonesia semakin memperkuat tren kolaborasi dengan nano dan micro-influencer:
Komunitas yang Kuat:
Masyarakat Indonesia dikenal dengan budaya komunitas yang kuat. Nano dan micro-influencer seringkali merupakan bagian aktif dari komunitas online maupun offline yang spesifik, memungkinkan brand untuk menjangkau kelompok-kelompok ini secara lebih organik.
Preferensi Lokal:
Sebagian besar konsumen Indonesia sering kali mengandalkan word of mouth dari orang-orang terdekat untuk memutuskan membeli suatu produk atau jasa. Hal ini membuat konsumen Indonesia sering kali lebih mempercayai rekomendasi dari sosok yang mereka anggap “seperti mereka” atau memiliki pemahaman yang sama tentang budaya dan preferensi lokal.
Pertumbuhan Ekonomi Digital:
Dengan semakin banyaknya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang merambah platform digital, kebutuhan akan strategi marketing yang efektif dan terjangkau semakin meningkat. Hal ini membuat strategi nano dan micro-influencer marketing menjadi solusi yang menarik dikarenakan biayanya yang terjangkau dan potensi audiens niche di beberapa topik seperti makanan dan produk busana.
Studi Kasus:
Seorang kreator TikTok yaitu @pixy_dustt yang membahas makanan (food) dan gaya hidup (lifestyle) dengan jumlah pengikut 1.078. Pada salah satu reels-nya, ia mengulas tempat membeli barang K-Pop.
Pada video tersebut, ia berhasil mendapatkan 307.900 tayangan (views), 32.100 suka (likes), 282 komentar, 12.600 simpan (saves), dan 6.726 bagikan (shares) per 16 April 2025. Hal ini menunjukkan potensi engagement yang dimiliki oleh nano-influencer bisa sangat tinggi, bahkan melebihi jumlah pengikutnya. Biaya kampanyenya secara tidak langsung akan lebih rendah dibandingkan jika mereka bekerja sama dengan satu macro-influencer dengan jangkauan yang lebih luas namun engagement yang lebih rendah.
Tren yang akan terus berlangsung
Strategi nano-influencer marketing dan micro-influencer marketing memiliki banyak potensi, apalagi semakin banyak brand yang mengadopsi strategi ini. Sehingga, dapat dipastikan kalau strategi ini akan terus berkembang dan menjadi tren di dunia digital marketing Indonesia.
Meskipun begitu, macro-influencer masih memiliki peran dalam strategi marketing tertentu dan masa depan kol marketing di Indonesia semakin cerah dengan potensi yang ditawarkan oleh nano dan micro-influencer. Fokus pada engagement yang mendalam, keaslian (otentik), dan targeting yang akurat menjadikan mereka aset berharga bagi brand yang ingin membangun hubungan yang kuat dengan konsumen Indonesia.
Apabila Anda membutuhkan jasa tentang KOL Marketing, baik micro maupun macro-influencer, Crimson Agency dan tim ahli yang kami miliki dapat membantu Anda mengembangkan strategi digital marketing bisnis Anda, mulai dari social media management, layanan PR (PR services), media relation, dan KOL Management.
Pelajari lebih lanjut tentang layanan Digital Marketing Crimson Agency dan bagaimana kami dapat membantu mengembangkan bisnis anda berkembang di era digital Indonesia dengan mengunjungi halaman berikut ini