
Baru-baru ini Axe meluncurkan sebuah kaleng deodoran putih polos dengan grafis kapak sederhana dari clip art. Sekilas, desain ini mungkin terlihat seperti lelucon yang random dan ya, desain ini memang berangkat sebuah lelucon. Namun, lelucon ini kini ditransformasikan oleh Axe menjadi salah satu marketing paling cerdas di tahun ini.
Semuanya dimulai ketika Emily Zugay, seorang kreator konten di TikTok yang viral karena video parodinya yang “memperbaiki” logo-logo brand ternama dengan sentuhan absurd. Pada salah satu video, Emily merubah logo beberapa brand salah satunya Axe. Video tersebut ditonton sekitar 5,5 juta kali, dan banyak juga penonton dan brand besar yang berinteraksi di kolom komentar. Dengan sigap Axe melihat kesempatan ini dan mengambil langkah untuk mewujudkan desain tersebut dan berkolaborasi dengan Zugay, untuk meluncurkan produk edisi terbatas yang akhirnya juga viral dan menjadi perbincangan di jagad internet Amerika Serikat.
Fenomena ini membuktikan bahwa di era digital saat ini, brand tidak boleh kaku namun juga harus mencoba merangkul audiens melalui humor dan meme agar bisa lebih terhubung dengan audiens terlebih lagi apabila brand ingin menyasar segmen Gen Z.
Memahami Psikologi di Balik Konten yang Menarik Perhatian
Bagi generasi digital, khususnya Gen Z, lanskap media sosial adalah arena pertarungan untuk merebut perhatian. Di tengah arus informasi yang tak henti-hentinya, dan perubahan attention span, mereka seakan mempunyai filter yang bisa langsung mengetahui mana konten yang terasa terlalu korporat atau tidak otentik. Oleh karena itu, brand harus bisa menembus filter ini dengan membuat konten yang relatable, salah satunya seperti konten meme dan humor.
Strategi Axe berhasil karena mereka memahami psikologi ini. Dengan merespon konten dan juga berkolaborasi dari Emily Zugay, Axe berhasil melakukan beberapa hal secara bersamaan:
- Menunjukkan Sisi Humanis
Mereka membuktikan bahwa brand besar pun bisa diajak bercanda dan tidak menganggap diri mereka terlalu serius.
- Menjadi yang Paling Relate
Strategi ini membuat Axe menjadi terasa lebih relate, layaknya seorang teman yang memahami kultur internet.
- Validasi Komunitas
Axe mendengarkan dan menindaklanjuti keinginan audiensnya sehingga membuat para penggemarnya ikut dalam menjadi bagian dari kampanye brand.
Tiga Kunci Sukses Axe yang Bisa Diadopsi Brand Lokal
Kesuksesan Axe ini bukan hanya sekadar kebetulan, melainkan hasil dari eksekusi strategi yang responsif dan matang. Berikut pelajaran utama yang dapat diadopsi oleh brand di Indonesia:
- Keberanian Mendobrak Branding
Axe berani untuk “all-in” melepaskan citra maskulin konvensionalnya untuk merangkul sesuatu yang fresh dan tak terduga. Ini menunjukkan bahwa brand yang adaptif dan berani bereksperimen memiliki peluang dan keunggulan kompetitif di pasar yang dinamis.
- Platform yang Tepat, Aturan Main yang Tepat
Kampanye ini lahir dan dieksekusi di TikTok, platform asli audiens targetnya. Alhasil, Axe juga menyesuaikan gaya berinteraksinya dengan “bahasa” dan format yang relevan dengan audiens di platform tersebut.
- Kreator sebagai Mitra Naratif, Bukan Sekadar Influencer
Axe tidak hanya membayar Emily Zugay untuk sebuah postingan. Mereka juga menjadikannya tokoh sentral dalam sebuah cerita, lengkap dengan jabatan fiktif “Big Boss“. Pendekatan kolaborasi naratif ini jauh lebih berdampak daripada hanya sekedar endorsement transaksional. sebuah keahlian yang seringkali menjadi fokus dari KOL agency Jakarta yang berpengalaman.
Relevansi Humor dan Budaya Digital di Pasar Indonesia
Pasar Indonesia, yang mempunyai populasi digital yang sangat aktif dan masif, merupakan “lahan basah” untuk strategi serupa. Gen Z di Indonesia juga sangat menyukai brand yang relatable, otentik, witty, dan paham akan kultur internet. Kampanye yang disisipi humor yang relevan terbukti mampu meningkatkan engagement dan membangun loyalitas brand secara organik, contohnya seperti kolaborasi Kahf dan juga Andre Taulany.
Namun, Hal ini juga bagai pisau bermata dua. Humor sangat bergantung pada konteks budaya, dan kesalahan dalam eksekusi dapat berisiko merusak citra brand. Di sinilah peran agensi profesional menjadi krusial. Sebuah digital marketing agency Jakarta seperti Crimson Agency dapat membantu brand dalam menyusun strategi untuk memastikan pesan yang disampaikan tidak hanya lucu, tetapi juga tepat sasaran dan sejalan dengan nilai brand.
Era Baru Marketing yang Lebih Humanis
Kampanye Axe x Emily Zugay menandai pergeseran penting dalam dunia pemasaran: dari komunikasi satu arah menuju dialog yang kolaboratif. Di era ini, brand yang paling berhasil bukanlah yang paling sempurna, melainkan yang paling terhubung dengan audiensnya. Keberanian untuk menjadi otentik, responsif, dan bahkan sedikit humoris, kini menjadi kunci untuk membangun brand yang tidak hanya dikenal, tetapi juga dicintai.
Peran Agensi Profesional: Menjembatani Tren dengan Tujuan Bisnis
Memahami tren adalah satu hal, tetapi mengintegrasikannya ke dalam kerangka strategi bisnis adalah hal yang juga harus diperhatikan. Sebagai digital agency di Jakarta, Crimson Agency berpengalaman dalam menangani berbagai klien besar (lihat hasil kerja kami di laman ini) dan bisa membantu brand kamu untuk meracik strategi yang tepat untuk merangkul audiens melalui strategi humor dan meme.
Klik laman ini untuk berkonsultasi lebih lanjut tentang bagaimana kami bisa membantu kamu.